Ilmu yang bisa menjadi jalan yang baik adalah ilmu yang bermanfaat dan
berkah. Ilmu semacam inilah yang akan membuahkan kebajikan dan
kebahagiaan bagi pemiliknya secara khusus, dan bagi umat secara umum
baik di dunia maupun di akhirat. Dengan keberadaan ilmu semacam ini,
kehidupan menjadi indah dan menyenangkan laksana surga. Ilmu yang akan
bermanfaat dan membawa berkah adalah ilmu yang diperoleh dengan etika
dan cara-cara yang benar. Sebaliknya, ilmu yang tidak disertai dengan
etika hanya akan menjadi bencana.
Lalu, bagaimana etika dalam mencari ilmu? Apa saja etika yang harus
dipegang teguh oleh para pencari ilmu? Dan bagaimana kita mencari ilmu
agar berrmanfaat dan membawa berkah?
Berikut kiat-kiatnya yang dikemukakan Dr. Anis Ahmad Karzun dalam bukunya Adab Thalib Al-‘Ilm (Manahij Tarbawiyah Taujihiyah Li Al-Ma’ahid Al Qur’aniyah) yang telah diterjemahkan oleh Fadhlan Abu Yasir, L.c. dengan judul 13 KIAT MENUNTUT ILMU MENUAI BERKAH:
1. Ikhlas
2. Amalkan ilmu, jauhi maksiat
3. Tawadhu’
4. Hormatilah ulama dan majlis ilmu
a. Diam dan dengarkanlah
b. Jangan banyak berdebat
c. Jangan banyak bertanya
d. Larangan melukai perasaan ulama
5. Bersabarlah
6. Teruslah mencari
a. Bertanya adalah kunci ilmu
b. Berambisilah mendapatkan buku
7. Jujur dan amanah
a. Siaga dan perhatian saat menerima ilmu
b. Kembali pada kebenaran ketika salah
c. Menjauhi kecurangan dalam ujian dan karya ilmiah
8. Sebarkan dan ajarkan
a. Memelihara ilmu dari orang bodoh
9. Zuhud terhadap dunia
10. Menjaga dan memanfaatkan waktu
a. Memanfaatkan masa muda
b. Jangan suka menunda-nunda
c. Waktu-waktu luang dan pikiran santai
11. Kajilah ilmu berulang-ulang
12. Sopan dan milikilah rasa malu
13. Bersahabatlah dengan orang saleh
SYARAH:
Rasulullah Saw. bersabda, “Barangsiapa mempelajari ilmu yang seharusnya
karena Allah Swt., namun ia mempelajarinya hanya untuk memperoleh harta
dunia, maka ia tidak akan mendapati aroma surge (HR. Abu Dawud).
Dari Malik bin Dinar rahimahullah,
ia berkata, “Seseorang yang berilmu namun tidak mengamalkannya, maka
nasihatnya selalu meleset dari banyak hati, seperti tetesan air meleset dari batu licin”.
Rasulullah Saw. bersabda, “Pada hari kiamat, seseorang didatangkan kemudian dilemparkan dalam api
neraka hingga keluarlah usus-usus dari perutnya, lalu ia berputar-putar
dengannya seperti seekor keledai mengitari penggilingan. Para penghuni
neraka pun berkumpul didekatnya dan berkata, ‘Hai Fulan, bukankah kamu
yang dahulu memerintahkan untuk berbuat baik dan mencegah kemungkaran?’
Ia menjawab,’Begitulah, aku yang dahulu memerintahkan orang berbuat
baik, namun aku sendiri tidak menjalankannya, dan akulah yang melarang
kemungkaran, namun aku malah menjalankannya” (HR. Bukhari).
Dari Ibnu Abbas r.a, bahwa Rasulullah Saw. bersabda, ”Ada dua nikmat yang banyak orang melalaikannya, nikmat sehat dan waktu luang (HR. Bukhari).
Dari Abu Abdillah Ja’far bin Muhammad
bahwa ia berkata, ”Hati itu laksana tanah, ilmu adalah tanamannya, dan
mudzakarah (kaji ulang) adalah airnya. Ketika siraman air terputus dari
tanah, maka keringlah tanamannya”.
Imam Ibnul Qayyim Al Jauziyyah berkata, ”Orang yang berilmu dan ahli
berfatwa, tidak ada sesuatu yang lebih ia butuhkan dari sikap santun,
tenang, dan sopan. Itulah kelambu bagi ilmunya dan perhiasannya. Apabila
ia kehilangan itu, maka ilmunya seperti badan yang telanjang tanpa
busana”.
Seseorang tergantung kepada agama teman akrabnya. Karena itu, hendaklah
seseorang memperhatikan siapakah yang akan dijadikan teman akrab (HR.
Tirmidzi).
Nabi Saw. bersabda, “Janganlah bersahabat kecuali dengan orang beriman,
dan janganlah makan makananmu kecuali orang yang bertakwa.” (HR.
Tirmidzi).
Nabi Saw. bersabda, ”Pergunakanlah lima kesempatan, sebelum datangnya lima halangan. Hidupmu
sebelum matimu, sehatmu sebelum sakitmu, waktu luangmu sebelum waktu
sempitmu, masa mudamu sebelum masa tuamu, kekayaanmu sebelum
kemiskinannmu.” (HR. Ahmad).
Nabi Saw. bersabda, ”Sesungguhnya diantara amal dan kebaikan seorang
mukmin yang dapat menyusul setelah kematiannya adalah ilmu yang
diajarkan dan disebarluaskan, anak saleh yang ditinggalkan, mushaf yang
diwariskan, masjid yang dibangun, rumah untuk ibnu sabil yang dibangun,
sungai yang dialirkan, sedekah yang dikeluarkan sewaktu sehatnya dan
hidupnya. Semua itu akan menyusul setelah kematiannya.” (HR. Ibnu
Majah).
Al-Khatib Al-Baghdadi meriwayatkan dari Al-Junaid bahwa ia berkata, ”Tak
seorangpun yang mencari sesuatu dengan sungguh dan jujur kecuali ia
pasti mendapatkannya. Kalau pun tidak meraih semuanya, maka
sebagiannya.”
Nabi Saw. bersabda, “Tidaklah suatu kaum tersesat setelah meraih hidayah, kecuali karena mereka suka berdebat.” (HR. Tirmdzi).
Imam Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullah berkata,
"Orang-orang sekarang banyak terjangkiti fitnah ini. Mereka mengira
bahwa orang yang banyak berbicara, berdebat, dan bertengkar dalam
masalah-masalah agama itu lebih pandai dibandingkan yang tidak demikian.
Ini adalah kebodohan murni."
Maka berpalinglah (hai Muhammad) dari orang yang berpaling dari
peringatan Kami, dan tidak menginginkan kecuali kehidupan duniawi
(An-Najm: 29).
Sa’id bin Jubair rahimahullah
berkata, "Seseorang tetap menjadi orang berilmu selama ia tetap belajar.
Jika ia meninggalkan belajar dan merasa cukup dengan apa yang dimilki,
maka ketika itulah ia menjadi orang bodoh."
Dikatakan kepada Ibnu Abbas r.a., “Dengan perangkat apa engkau peroleh ilmu?” Ia menjawab, dengan lisan yang pandai bertanya dan hati yang selalu berpikir.
Ibnu Abdi Barr meriwayatkan, bahwa Jabir bin Abdillah r.a. mendapatkan
berita adanya sebuah hadits di tempat Abdullah bin Unais r.a. Dia pun
pergi kesana dengan menempuh perjalanan selama satu bulan hingga sampai
di negeri Syam, hanya untuk mendengarkan sebuah hadits darinya yang ia
dengar Rasulullah Saw.
HORMAT PADA ULAMA
Dari Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib r.a. ia berkata, "Di antara hak
seorang yang berilmu yang harus kau tunaikan adalah, tatkala kamu
menyampaikan salam kepada sekumpulan orang, khususkan untuknya satu penghormatan.
Hendaklah kamu duduk di depannya dan jangan memberikan isyarat dengan
tanganmu di sampingnya. Janganlah kamu memejamkan matamu, dan jangan
mengatakan kepadanya,’ Fulan berpendapat lain dengan pendapat anda,’ dan
janganlah menggunjing seseorang di hadapannya."
Dari Abu Salmah, bahwa Ibnu Abbas r.a. mendatangi Zaid bin Tsabit r.a.
Ibnu Abbas spontan menuntun ontanya. Maka ia berkata, "Biarkanlah wahai
putra paman Rasulullah!” Ia menjawab,” Demikianlah kami memperlakukan
ulama dan para tokoh kami." (HR. Hakim).
Imam Syafi’i berkata, ”Saya dahulu membuka lembaran kertas didepan Imam
Malik dengan sangat pelan agar ia tidak mendengar suaranya, karena
hormatku kepadanya.”
Hasan bin Ali r.a. berkata kepada putranya, ”Hai anakku, jika kamu
bergaul dengan para ulama, maka jadilah kamu orang yang lebih suka
mendengarkan daripada berbicara, belajarlah mendengarkan dengan baik
sebagaimana kamu belajar diam dengan baik, dan janganlah kamu memutus
pembicaraan seseorang meskipun ia berbicara panjang, sehingga ia
berhenti berbicara.”
http://universologi.blogspot.com/2011/08/kiat-menuntut-ilmu-yang-berkah.html
http://universologi.blogspot.com/2011/08/kiat-menuntut-ilmu-yang-berkah.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tolong tuliskan komentar dengan bahasa yang sopan