Rabu, 26 Maret 2014

KIAT MENUNTUT ILMU YANG BERKAH

Rasulullah Saw. bersabda, “Setiap sesuatu ada jalannya, dan jalan menuju surga adalah ilmu”. Kalau ilmu diibaratkan jalan menuju surga, maka kondisi ilmu sebagai jalan juga bermacam-macam. Ada ilmu yang bisa menjadi jalan yang baik, cepat dan bebas hambatan—atau jalan tol—ada juga ilmu yang justru menjadi jalan terjal dan rusak. Ini adalah jalan yang membahayakan.
Ilmu yang bisa menjadi jalan yang baik adalah ilmu yang bermanfaat dan berkah. Ilmu semacam inilah yang akan membuahkan kebajikan dan kebahagiaan bagi pemiliknya secara khusus, dan bagi umat secara umum baik di dunia maupun di akhirat. Dengan keberadaan ilmu semacam ini, kehidupan menjadi indah dan menyenangkan laksana surga. Ilmu yang akan bermanfaat dan membawa berkah adalah ilmu yang diperoleh dengan etika dan cara-cara yang benar. Sebaliknya, ilmu yang tidak disertai dengan etika hanya akan menjadi bencana.
Lalu, bagaimana etika dalam mencari ilmu? Apa saja etika yang harus dipegang teguh oleh para pencari ilmu? Dan bagaimana kita mencari ilmu agar berrmanfaat dan membawa berkah?

Berikut kiat-kiatnya yang dikemukakan Dr. Anis Ahmad Karzun dalam bukunya Adab Thalib Al-‘Ilm (Manahij Tarbawiyah Taujihiyah Li Al-Ma’ahid Al Qur’aniyah) yang telah diterjemahkan oleh Fadhlan Abu Yasir, L.c. dengan judul 13 KIAT MENUNTUT ILMU MENUAI BERKAH:

1. Ikhlas
2. Amalkan ilmu, jauhi maksiat
3. Tawadhu’
4. Hormatilah ulama dan majlis ilmu
    a. Diam dan dengarkanlah
    b. Jangan banyak berdebat
    c. Jangan banyak bertanya
    d. Larangan melukai perasaan ulama
5. Bersabarlah
6. Teruslah mencari
    a. Bertanya adalah kunci ilmu
    b. Berambisilah mendapatkan buku
7. Jujur dan amanah
    a. Siaga dan perhatian saat menerima ilmu
    b. Kembali pada kebenaran ketika salah
    c. Menjauhi kecurangan dalam ujian dan karya ilmiah
8. Sebarkan dan ajarkan
    a. Memelihara ilmu dari orang bodoh
9. Zuhud terhadap dunia
10. Menjaga dan memanfaatkan waktu
      a. Memanfaatkan masa muda
      b. Jangan suka menunda-nunda
      c. Waktu-waktu luang dan pikiran santai
11. Kajilah ilmu berulang-ulang
12. Sopan dan milikilah rasa malu
13. Bersahabatlah dengan orang saleh
SYARAH:
Rasulullah Saw. bersabda, “Barangsiapa mempelajari ilmu yang seharusnya karena Allah Swt., namun ia mempelajarinya hanya untuk memperoleh harta dunia, maka ia tidak akan mendapati aroma surge (HR. Abu Dawud).
Dari Malik bin Dinar rahimahullah, ia berkata, “Seseorang yang berilmu namun tidak mengamalkannya, maka nasihatnya selalu meleset dari banyak hati, seperti tetesan air meleset dari batu licin”.
Rasulullah Saw. bersabda, “Pada hari kiamat, seseorang didatangkan kemudian dilemparkan dalam api neraka hingga keluarlah usus-usus dari perutnya, lalu ia berputar-putar dengannya seperti seekor keledai mengitari penggilingan. Para penghuni neraka pun berkumpul didekatnya dan berkata, ‘Hai Fulan, bukankah kamu yang dahulu memerintahkan untuk berbuat baik dan mencegah kemungkaran?’ Ia menjawab,’Begitulah, aku yang dahulu memerintahkan orang berbuat baik, namun aku sendiri tidak menjalankannya, dan akulah yang melarang kemungkaran, namun aku malah menjalankannya” (HR. Bukhari).
Dari Ibnu Abbas r.a, bahwa Rasulullah Saw. bersabda, ”Ada dua nikmat yang banyak orang melalaikannya, nikmat sehat dan waktu luang (HR. Bukhari).
Dari Abu Abdillah Ja’far bin Muhammad bahwa ia berkata, ”Hati itu laksana tanah, ilmu adalah tanamannya, dan mudzakarah (kaji ulang) adalah airnya. Ketika siraman air terputus dari tanah, maka keringlah tanamannya”.
Imam Ibnul Qayyim Al Jauziyyah berkata, ”Orang yang berilmu dan ahli berfatwa, tidak ada sesuatu yang lebih ia butuhkan dari sikap santun, tenang, dan sopan. Itulah kelambu bagi ilmunya dan perhiasannya. Apabila ia kehilangan itu, maka ilmunya seperti badan yang telanjang tanpa busana”.
Seseorang tergantung kepada agama teman akrabnya. Karena itu, hendaklah seseorang memperhatikan siapakah yang akan dijadikan teman akrab (HR. Tirmidzi).
Nabi Saw. bersabda, “Janganlah bersahabat kecuali dengan orang beriman, dan janganlah makan makananmu kecuali orang yang bertakwa.” (HR. Tirmidzi).
Nabi Saw. bersabda, ”Pergunakanlah lima kesempatan, sebelum datangnya lima halangan. Hidupmu sebelum matimu, sehatmu sebelum sakitmu, waktu luangmu sebelum waktu sempitmu, masa mudamu sebelum masa tuamu, kekayaanmu sebelum kemiskinannmu.” (HR. Ahmad).
Nabi Saw. bersabda, ”Sesungguhnya diantara amal dan kebaikan seorang mukmin yang dapat menyusul setelah kematiannya adalah ilmu yang diajarkan dan disebarluaskan, anak saleh yang ditinggalkan, mushaf yang diwariskan, masjid yang dibangun, rumah untuk ibnu sabil yang dibangun, sungai yang dialirkan, sedekah yang dikeluarkan sewaktu sehatnya dan hidupnya. Semua itu akan menyusul setelah kematiannya.” (HR. Ibnu Majah).
Al-Khatib Al-Baghdadi meriwayatkan dari Al-Junaid bahwa ia berkata, ”Tak seorangpun yang mencari sesuatu dengan sungguh dan jujur kecuali ia pasti mendapatkannya. Kalau pun tidak meraih semuanya, maka sebagiannya.”
Nabi Saw. bersabda, “Tidaklah suatu kaum tersesat setelah meraih hidayah, kecuali karena mereka suka berdebat.” (HR. Tirmdzi).
Imam Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullah berkata, "Orang-orang sekarang banyak terjangkiti fitnah ini. Mereka mengira bahwa orang yang banyak berbicara, berdebat, dan bertengkar dalam masalah-masalah agama itu lebih pandai dibandingkan yang tidak demikian. Ini adalah kebodohan murni."
Maka berpalinglah (hai Muhammad) dari orang yang berpaling dari peringatan Kami, dan tidak menginginkan kecuali kehidupan duniawi (An-Najm: 29).
Sa’id bin Jubair rahimahullah berkata, "Seseorang tetap menjadi orang berilmu selama ia tetap belajar. Jika ia meninggalkan belajar dan merasa cukup dengan apa yang dimilki, maka ketika itulah ia menjadi orang bodoh."
Dikatakan kepada Ibnu Abbas r.a., “Dengan perangkat apa engkau peroleh ilmu?” Ia menjawab, dengan lisan yang pandai bertanya dan hati yang selalu berpikir.
Ibnu Abdi Barr meriwayatkan, bahwa Jabir bin Abdillah r.a. mendapatkan berita adanya sebuah hadits di tempat Abdullah bin Unais r.a. Dia pun pergi kesana dengan menempuh perjalanan selama satu bulan hingga sampai di negeri Syam, hanya untuk mendengarkan sebuah hadits darinya yang ia dengar Rasulullah Saw.
HORMAT PADA ULAMA 
Dari Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib r.a. ia berkata, "Di antara hak seorang yang berilmu yang harus kau tunaikan adalah, tatkala kamu menyampaikan salam kepada sekumpulan orang, khususkan untuknya satu penghormatan. Hendaklah kamu duduk di depannya dan jangan memberikan isyarat dengan tanganmu di sampingnya. Janganlah kamu memejamkan matamu, dan jangan mengatakan kepadanya,’ Fulan berpendapat lain dengan pendapat anda,’ dan janganlah menggunjing seseorang di hadapannya."
Dari Abu Salmah, bahwa Ibnu Abbas r.a. mendatangi Zaid bin Tsabit r.a. Ibnu Abbas spontan menuntun ontanya. Maka ia berkata, "Biarkanlah wahai putra paman Rasulullah!” Ia menjawab,” Demikianlah kami memperlakukan ulama dan para tokoh kami." (HR. Hakim).
Imam Syafi’i berkata, ”Saya dahulu membuka lembaran kertas didepan Imam Malik dengan sangat pelan agar ia tidak mendengar suaranya, karena hormatku kepadanya.”
Hasan bin Ali r.a. berkata kepada putranya, ”Hai anakku, jika kamu bergaul dengan para ulama, maka jadilah kamu orang yang lebih suka mendengarkan daripada berbicara, belajarlah mendengarkan dengan baik sebagaimana kamu belajar diam dengan baik, dan janganlah kamu memutus pembicaraan seseorang meskipun ia berbicara panjang, sehingga ia berhenti berbicara.”

http://universologi.blogspot.com/2011/08/kiat-menuntut-ilmu-yang-berkah.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tolong tuliskan komentar dengan bahasa yang sopan