Sabtu, 20 Agustus 2011

Ketegaran Khubaib bin Adi

Khubain bin Adi adalah sahabat dari golongan Anshar. Ia seorang yang berjiwa bersih, berimah teguh, dan berhati mulia. Tatkala pecah perang Badar, ia ikut bertempur dengan gagah berani. Di medan Badar ini, ia berhasil membunuh salah seorang tokoh Quraisy, Al-Harits bin ‘Amir bin Naufal.

Usai perang Badar, kaum muslimin kembali ke Madinah dengan membawa kemenangan. Mereka seoleh mendapat semangat baru setelah berhasil mengalahkan kaum musyrikin Quraisy. Mereka kian yakin, bahwa janji Allah dan Rasul-Nya pasti benar.



Sementara itu, orang-orang Quraisy kembali ke Makkah dengan membawa kekalahan. Mereka masih menyimpan dendam karena banyak anggota keluarganya yang terbunuh dan ditawan kaum muslimin. Salah satunya adalah bani Al-Harits. Mereka menyimpan dendam terhadap Khubaib bin Adi yang telah membunuh Al-Harits.

Suatu hari, Rasulullah bermaksud mengirim utusan untuk menyelidiki orang-orang Quraisy yang dikabarkan hendak menghadang kaum muslimin. Beliau memilih sepuluh orang yang akan menerima tugas tersebut. Khubaib bin Adi termasuk yang terpilih. Pemimpin pasukan dipercayakan kepada Ashim bin Tsabit.

Berangkatlah sepuluh orang tersebut menunaikan perintah Rasulullah. Ketika sampai di suatu tempat antara Osfan dan Makkah, mereka diketahui oleh orang-orang dari Bani Haiyan, penduduk kampung Hudzail. Diam-diam, Bani Haiyan mengirimkan 100 orang pemanah jitu untuk mengikuti pasukan kaum muslimin. Mereka hampir saja kehilangan jejak, hingga mereka menemukan sisa-sisa biji kurma yang berserakan di atas pasir. Mereka tahu bahwa biji kurma tersebut adalah biji kurma Madinah, yang menjadi bekal pasukan kaum Muslimin. Dengan petunjuk biji-biji kurma tersebut, akhirnya mereka berhasil menyusul rombongan kaum Muslimin.

‘Ashim bin Tsabit, pemimpin rombongan, merasa bahwa mereka sedang dikejar musuh. Ia memerintahkan kawan-kawannya untuk menaiki puncak bukit yang tinggi. Namun pihak musuh bisa mengepungnya. Pasukan musuh meminta kesepuluh utusan Rasulullah untuk menyerah dengan jaminan mereka tidak akan dibunuh. ‘Ashim menolaknya. Ia berseru, “Demi Allah aku tak akan turun, mengemis perlindungan orang musyrik. Ya Allah, sampaikanlah keadaan kami ini kepada Nabi Mu.”

Pasukan bani Haiyan pun menyerang mereka dengan panah. serangan ini menyebabkan tujuh orang kaum muslimin gugur, termasuk ‘Ashim sang pemimpin. Tinggalah tiga orang yang selamat, yaitu Khubaib dan dua orang rekannya. Karena terjepit, akhirnya ketiga orang ini menyerah dan turun dari bukit. Namun yang seorang melawan lagi hingga akhirnya dibunuh. Tinggalah Khubaib dan seorang temannya, Zaid bin Ditsinah yang menjadi tawanan musuh. Keduanya dibawa ke Makkah.

Keluarga Harits bin ‘Amir mendengar Khubaib ditawan. Muncullah dendam yang tersimpan dalam hati mereka. Inilah saatnya menuntut balas atas kematian bapaknya. Mereka pun segera membeli Khubaib sebagai budak untuk melampiaskan seluruh dendam kebencian mereka kepadanya.

Mereka merancang siksaan yang akan ditimpakan kepada Khubaib. Khubaib pasrah. Ia telah menyerahkan jiwa dan hatinya kepada Allah. Selama ditawan, ia terus beribadah dan berdoa. Hingga tak ada lagi rasa takut di hatinya.

Orang-orang musyrik mengabarkan siksa dan derita yang dialami temannya, Zaid bin Ditsinnah. Zaid dibunuh dengan cara ditusuk badannya dengan tombak. Mereka berharap, cerita itu mampu menciutkan nyali Khubaib. Mereka juga membujuk Khubaib agar keluar dari Islam, dengan janji akan dibebaskan.

Namun iman Khubaib telah tertancap kuat di hatinya. Ia tak takut sedikit pun dengan ancaman orang-orang kafir. Ia juga tak terbujuk rayuan mereka. Inilah yang membuat orang-orang kafir Quraisy hilang kesabarannya. Mereka akan menghukum mati Khubaib.

Dibawalah Khubaib ke tanah lapang. Sebelum dihukum mati, Khubaib minta izin kepada mereka untuk shalat dua rakaat. Mereka mengizinkannya. Mereka mengira Khubaib sedang berpikir untuk menyerah dan menerima tawaran mereka. Namun usai shalat, Khubaib berkata, “Demi Allah, andai bukan adanya sangkaan kalian bahwa aku takut mati, niscaya akan kulanjutkan lagi shalatku.”

Lalu ia mengangkat tangannya dan berdoa, “Ya Allah, susutkanlah bilangan mereka musnahkan mereka sampai binasa!”

Orang-orang Quraisy segera memegang Khubaib, lalu memancangnya pada sebuah sebuah salib besar yang telah disiapkan. Inilah peristiwa pertama dalam sejarah Arab, di mana mereka menyalib seorang laki-laki dan membunuhnya di atas salib.

Setelah tubuh Khubaib terpasang pada salib, para pemanah bergantian melepaskan panah ke arahnya. Tubuh Khubaib dihujani anak panah hingga menemui syahid.

adzkia.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tolong tuliskan komentar dengan bahasa yang sopan